Ditulis oleh Ustadz H. Jundi Imam Syuhada, Lc. M.IRK, / Selasa, 3 Juni 2025

Tidak semua perjalanan dimulai dari keinginan. Ada perjalanan yang dimulai dari panggilan, dari bisikan lembut dalam hati yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Seperti itulah perjalanan ini bermula. Sebagian dari kami sudah menabung bertahun-tahun, sebagian lainnya mendadak mendapat kesempatan yang tak pernah disangka. Namun, satu hal yang menyatukan kami semua: hati yang terpanggil.

 

Travel jejak imani dengan program Haji Khususnya yang tak hanya menjanjikan kemudahan fasilitas, tetapi juga menampilkan nilai rohani dalam setiap langkah. Dari sejak mendaftar, orientasi manasik hingga keberangkatan, segalanya dirancang bukan sekadar untuk menunaikan rukun Islam kelima, tetapi untuk merasakan betul makna kehambaan. 

 

Catatan Perjalanan Haji jejak imani  2025

Durasi perjalanan program haji plus atau haji khusus yakni 22 - 24 hari, apa saja yang dilakukan jamaah selama durasi tersebut? Simak selengkapnya untuk rencana perjalanan ibadah haji di jejak imani  2025.

 

Hari-Hari Persiapan: Antara Harap dan Gemuruh

Tanggal 30 Mei 2025 menjadi hari yang menandai sebuah babak baru. Para jamaah mulai berdatangan. Ada pasangan suami istri yang telah menanti lebih kesempatan mulia di tahun ini, ada anak muda yang baru saja menikah dan ingin menikmati haji bersama separuh hatinya, ada pula yang datang sendiri dengan penuh keyakinan. Mereka semua mengenakan pakaian santai, membawa koper, namun di dalam hati masing-masing telah ada pakaian terbaik: pakaian niat.

 

Suasana hotel tak seperti biasanya. Bukan hiruk-pikuk pesta atau konferensi bisnis. Yang terdengar adalah lantunan doa, pengingat dari para pembimbing dan desiran tasbih yang tak putus. Semua jamaah diberi perlengkapan lengkap: ID Card, tasbih, botol semprot, sajadah, pakaian ihram dan lain sebagainya.

 

Setelah briefing akhir dan pengecekan dokumen, kafilah haji jejak imani  berangkat menuju Bandara Soekarno-Hatta pukul 21.00 WIB. Di bandara, waktu seperti berjalan lambat. Suasana hening namun penuh haru. Ada pelukan dari keluarga yang mengantar, ada air mata yang mengalir pelan saat mengucap, "Doakan kami menjadi haji yang mabrur." Proses check-in, imigrasi dan boarding berlangsung lancar dan tepat pukul 00.40, pesawat membawa kami menuju Jeddah.

 

Menjejak Tanah Suci: Langkah Awal Sebuah Transformasi

Pagi hari 31 Mei, pesawat mendarat di King Abdulaziz International Airport, Jeddah. Setelah sebelumnya niat umrah tamattu' telah dilantunkan ketika melintasi yalamlam, udara hangat menyambut kami, namun tak sedikitpun mengurangi semangat. Setelah melewati imigrasi dan check point, kami dibawa ke hotel transit. Wajah-wajah lelah namun bahagia mulai terlihat. Makan malam disajikan dan malam harinya, prosesi Umrah Tamattu' dilakukan bagi yang telah siap secara fisik dan mental.

 

Berpakaian ihram, kami memasuki Masjidil Haram untuk pertama kalinya. Mata langsung berkaca-kaca saat Ka'bah tampak di hadapan. Selama ini hanya dilihat lewat televisi atau gambar. Kini, nyata di depan mata. Thawaf dilakukan dengan hati bergetar. Setiap langkah, setiap doa, adalah pengakuan betapa kecilnya kami di hadapan-Nya.

 

Sa’i antara Shafa dan Marwah dilakukan dengan mengenang perjuangan Hajar. Air zam-zam yang kami teguk setelahnya terasa seperti air kehidupan. Malam itu, saat rambut kami digunting untuk tahallul, kami seakan melepaskan beban dunia. Kami lahir kembali.

 

Hari-Hari Pembinaan dan Pemantapan Manasik

Tanggal 1 hingga 3 Juni menjadi masa pemantapan di hotel transit. Setiap harinya Kafilah Haji jejak imani mendapat materi tentang rukun, wajib dan sunnah haji. Ada pula kajian tematik tentang keikhlasan, kesabaran dan makna takwa. Tim pembimbing dari jejak imani begitu telaten membimbing dan menyuntikkan ilmu-ilmu terbaiknya. Tak sekadar menjelaskan teknis, para pembimbing menuntun dengan hati.

 

Jamaah haji jejak imani juga diajak survei ke Mina dan Jamarat. Meskipun hanya simulasi, tetapi suasananya begitu membekas. Kami dilatih untuk mengelola emosi, bersabar dalam antrean dan menjaga kekompakan. Setiap malam, kami melakukan muhasabah. Mengingat dosa-dosa, mengurai luka hati dan memohon ampunan Allah.

 

Tanggal 3 Juni malam, kami kembali mengenakan pakaian ihram. Dengan penuh khidmat, kami berniat haji. Perjalanan menuju Mina dimulai. Di dalam bus, takbir dan talbiyah menggema. Tidak ada yang tidur malam itu. Semuanya larut dalam kekhusyukan untuk menuntaskan salah satu sunnah haji, mabit di mina di hari Tarwiyah.

 

Puncak Haji: Waktu Penghambaan Total

Mina, Arafah, Muzdalifah, Masjidil Haram, lalu kembali ke Mina. Inilah puncak segalanya. Di Mina, kami mabit dengan fasilitas yang telah disediakan. Dengan kenyamanan namun tidak melunturkan niat utama, suasana ukhuwah begitu terasa. Jamaah haji jejak imani berbagi semangat ibadah, berbagi persediaan dan bekal, bahkan berbagi doa.

 

Tanggal 9 Dzulhijjah, kami menuju Arafah. Padang luas itu menjadi saksi betapa kami merendahkan diri. Di bawah terik mentari, kami duduk diam, merenung dan berdoa. Tidak ada agenda lain selain bertemu dengan Allah dalam kesendirian spiritual. Tangis tumpah ruah. Seolah-olah ini hari terakhir kami hidup di dunia.

 

Setelah selesai rangkaian sholat dan khutbah Arafah, mulailah jamaah haji sibuk dengan doa-doanya, menengadahkan tangan dan menata air mata dan hatinya.

 

Selepas wukuf, jamaah haji menuju Muzdalifah. Di sana kami bermalam, tenggelam dalam malam dan doa, sembari mengulang niat dan dzikir. Jamaah haji menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan thawaf ifadah dan Sa'i, bertahallul lalu kembali ke Mina untuk melontar Jumrah Aqabah. Saat melempar batu-batu kecil itu, kami seakan melempar segala keburukan diri, hawa nafsu dan bisikan setan.

 

Tanggal 10 hingga 13 Dzulhijjah, kami melanjutkan pelontaran tiga jumrah setiap hari. Letih memang, namun entah mengapa tubuh tetap kuat karena kami merasa ditopang oleh niat dan cinta.

 

Kembali ke Makkah: Menyempurnakan Cinta

Setelah menyelesaikan seluruh prosesi di Mina, kami kembali ke Makkah. Di sana, kami bermalam beberapa hari untuk memperbanyak ibadah di Masjidil Haram. Kami kembali thawaf, sa’i dan menatap Ka'bah dengan pandangan penuh cinta. Ada yang menghabiskan malam dengan i’tikaf, ada yang duduk berlama-lama memandangi Ka'bah dalam diam.

 

Kami juga sempat mengunjungi Thaif, sebuah kota yang pernah menjadi saksi perjuangan Rasulullah. Mengunjungi Masjid Ibnu Abbas, Masjid Addas dan menikmati kesejukan Jabal Dakwan, hati kami terasa penuh dengan pelajaran sejarah dan keteladanan.

 

Tawaf Wada pun dilakukan. Perpisahan yang paling menyakitkan. Tidak ada jamaah yang tidak meneteskan air mata. Rasanya berat meninggalkan Ka’bah. Kami tahu, belum tentu bisa kembali. Tapi kami membawa pulang kenangan yang tak akan pernah hilang.

 

Menyusuri Jejak Nabi di Madinah

Kereta cepat Haramain membawa kami menuju Madinah. Di kota ini, ritme ibadah lebih tenang namun mendalam. Masjid Nabawi menyambut kami dengan kesejukan yang khas. Kami ziarah ke makam Rasulullah, Abu Bakar dan Umar. Kami sholat di Raudhah, taman surga yang setiap sujudnya terasa lebih dekat dengan Allah.

 

Kami juga mengunjungi Masjid Quba, Masjid Qiblatain, Jabal Uhud dan kompleks pemakaman Baqi’. Setiap tempat menyimpan kisah. Setiap langkah menyimpan hikmah. Di Madinah, kami tidak hanya menjadi jamaah. Kami menjadi murid dari sejarah.

 

Epilog: Pulang dengan Jiwa Baru

Tanggal 22 Juni 2025, kami kembali ke Indonesia. Perjalanan telah usai, tapi sesungguhnya baru saja dimulai. Kami pulang bukan dengan oleh-oleh biasa, tetapi dengan hati yang baru, jiwa yang lebih tenang dan tekad untuk menjaga jejak-jejak iman yang telah ditanamkan di Tanah Suci.

 

Kami bukan lagi orang yang sama. Kami adalah hamba yang pernah berdiri di Arafah, bermalam di Muzdalifah dan melempar jumrah di Mina. Kami telah mencintai Ka’bah dengan seluruh rasa dan menatap makam Nabi dengan air mata haru. Kini, saat kaki kami kembali menjejak bumi Nusantara, kami membawa satu misi: menebarkan jejak imani di setiap langkah hidup kami.

 

Semoga Allah menerima seluruh amal kami, menghapuskan dosa-dosa kami dan menjadikan kami bagian dari mereka yang kembali dalam keadaan suci. Selama perjalanan ibadah haji bersama jejak imani, jamaah haji akan mendapat full bimbingan dari ustadz pembimbing yang sesuai syariat. jejak imani adalah travel haji, umroh & islamic tours sejak tahun 2012 yang sudah berizin resmi sebagai Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) dan Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) dari Kemenag. Anda juga bisa menanyakanan dan konsultasi dengan tim jejak imani terkait kebutuhan selama ibadah haji di Tanah Suci. 

208x

Bagikan:

Lokasi jejak imani

+62 8111 2000 180

Intermark Indonesia Ruko 9 & 10, Jalan Lingkar Timur No. 9 BSD Kota Tangerang Selatan, Banten 15310

0811 299 5755

Jl. Salakan III No.222, Saman, Bangunharjo, Kec. Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55188

0852 7355 3536

Jalan Siaran No 1 Komp Vila Sako Indah Satelit 02 RT 104 RW 08, Kel Sako, Kec Sako, Palembang, Sumatera Selatan 30163

0811 329 0037

Jl. Cimanuk No. 3, RT.008/RW.19, DR. Soetomo, Kec. Tegalsari, Surabaya, Jawa Timur 60264

0811 800 8846

Jl. Pelajar Pejuang 45 No.38 Lingkar Selatan Kec. Lengkong, Kota Bandung, Jawa Barat 40263

Kebijakan & Privasi

Logo

Konsultasi Gratis Sekarang

Kantor Pusat

085720028100 (Yuta)

08119178100 (Siti)


Kemitraan & Cabang

087820021100 (Putri)

jejakimani@gmail.com