Ingin dapat penawaran khusus untuk Anda? Konsultasi sekarang!

Mabit di Muzdalifah Saat Haji, Apa yang Dilakukan?

21 May 2025 ditinjau oleh Tim Khidmat jejak imani

article-thumbnail

Dalam prosesi ibadah haji, jamaah akan melewati beberapa tempat untuk melaksanakan semua prosesi ibadah haji. Tempat-tempat tersebut adalah tempat yang disyariatkan untuk dikunjungi dan dilaksanakan ibadah di dalamnya. Salah satu tempat suci tersebut adalah Muzdalifah.

Mengenal Muzdalifah

Secara bahasa, Muzdalifah bermakna dekat (Lisanul Arab, 9/138 ). Dinamakan demikian karena tempat tersebut mendekat ke Mina (Al Hawi al Kabir, 4/432 ). Selain itu, Muzdalifah juga memiliki nama lain, seperti Masy’aril Haram dan Jam’un. Nama lain tersebut diambil dari Firman Allah dalam Al Quran, Surat Al Baqarah Ayat 198, dan juga dari Hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh imam Muslim ( ووقَفْتُ ها هنا وجَمْعٌ كُلُّها موقِفٌ )

Dimana Letak Muzdalifah?

Muzdalifah terletak di dalam Tanah Haram Makkah Al Mukarramah, yaitu di antara Arafah dan Mina. Batas-batas Muzdalifah adalah wilayah antara dua lembah (lembah antara Muzdalifah dan Arafah, serta lembah antara Mina dan Makkah) dan Wadi Muhassir. Tetapi keduanya bukanlah perbatasan dari Muzdalifah, atau keduanya masuk ke dalam wilayah Muzdalifah. Bermalam di Muzdalifah dapat dilakukan dengan hadir di titik mana pun di sana. (Al Majmu’ Syarhu Muhadzab, 8/136)

Baca Juga : Rukun-Rukun Haji yang Wajib Jamaah Lakukan!

Aktivitas Jamaah Haji di Muzdalifah

⁠Setelah jamaah haji melaksanakan ibadah di Arafah, maka mereka semua berduyun-duyun menuju ke Muzdalifah untuk melaksanakan mabit di sana. Jamaah haji menuju Muzdalifah di tanggal 9 Dzulhijjah atau menginap di malam 10 Dzulhijjah. Ada beberapa aktivitas yang biasa dilakukan jamaah haji ketika berada di Muzdalifah, diantaranya :

1. Menjama’ Sholat Maghrib dan Isya’ (Jama’ Ta’hir)

Disunnahkan bagi jamaah haji untuk menjama’ sholat Maghrib dan Isya’ dengan jama’ ta’khir (Maratibul Ijma’, 45), 3 rakaat untuk shalat maghrib dan 2 rakaat untuk sholat Isya. Jama’ dua sholat ini dilaksanakan dengan satu adzan dan dua iqomah (Mughnil Muhtaj, 1/135).

Baca Juga : Melewati 2-3 Waktu Sholat di Pesawat, Bagaimana Cara Sholatnya?

2. Beristirahat, Bermalam di Muzdalifah Sampai Subuh

Diwajibkan untuk Mabit di Muzdalifah hingga pertengahan malam. Maka bagi jamaah laki-laki, dianjurkan bermalam di Muzdalifah sampai Subuh dan melaksanakan sholat Subuh di sana, di awal waktu Subuh dan dilanjutkan dengan berdoa sampai waktu pagi yang terang ( Al Istidzkar, 4/290 ). Sedangkan untuk perempuan dan orang tua, maka boleh bermalam sampai pertengahan malam saja.

3. Mengambil Batu Kerikil untuk Lempar Jumrah

Tidak diwajibkan untuk melempar jumrah dengan batu dari Muzdalifah. Namun untuk memudahkan jamaah dalam melempar jumrah Aqabah dan lempar 3 jumrah di hari Tasyriq, maka jamaah sebaiknya mengambil batu kerikil di sana. Bagi jamaah yang hendak melaksanakan nafar awal, maka cukup baginya untuk mengambil 49 batu, sedangkan jamaah yang mengambil nafar tsani dianjurkan mengambil 70 batu kerikil.

Baca Juga : Mabit di Mina Saat Haji, Catat Hal-hal Penting Ini!

Kapan Jamaah Haji Meninggalkan Muzdalifah

Menjadi pertanyaan, sampai kapan jamaah bermalam di Muzdalifah dan kapan waktu yang tepat bagi jamaah meninggalkan Muzdalifah? Mabit di Muzdalifah yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad adalah sampai pagi. Jika sudah terbit matahari atau tiba waktu sholat Subuh, maka seluruh jamaah melaksanakan sholat Subuh. Jadi jamaah meninggalkan Muzdalifah dan menuju ke Mina untuk melempar Jumrah Aqabah di Hari Idul Adha atau 10 Dzulhijjah (Minhaju at Thalibin, 89). Ada juga jamaah yang meninggalkan Muzdalifah, setelah pertengahan malam untuk menuju ke Mina, hal demikian itulah yang sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad.

Namun dengan adanya “fatwa Murur” dari ijtima’ Ulama MUI, menjadikan sebagian dari jamaah haji sudah meninggalkan Muzdalifah sebelum pertengahan malam. Fatwa ini muncul karena melihat kondisi jamaah haji yang sangat banyak dan membludak. Sehingga kalau semua jamaah akan bermalam di sana, maka tidak akan berjalan dengan kondusif. Sedangkan untuk murur ini, masih diberlakukan untuk jamaah tertentu saja, seperti jamaah sakit dan orang tua.

Itulah sedikit penjelasan terkait mabit di Muzdalifah yang insyaAllah dapat dilakukan saat kita dipanggil Allah sebagai tamu-Nya di Baitullah untuk menyempurnakan rukun islam. Ada baiknya jika mampu secara finansial dan fisik dibarengi dengan ikhtiar mencari paket haji yang sesuai, seperti paket haji plus atau haji furoda di jejak imani. Anda tidak perlu lagi menunggu puluhan tahun untuk mendapat kuota haji. Cukup tunggu 5-8 tahun atau bisa juga langsung berangkat di tahun hijriyah tersebut. Tunggu apalagi? Yuk segera konsultasikan kebutuhan ibadah Anda bersama tim jejak imani.

Wallāhu a‘lam bish-shawāb

Dilihat 134 kali