Wajib Haji yang Perlu Diketahui, Bedanya Sama Rukun!
03 November 2025 ditinjau oleh Tim Khidmat jejak imani

Ibadah haji merupakan puncak dari perjalanan spiritual seorang Muslim. Di dalamnya terdapat rukun dan wajib haji yang keduanya harus diperhatikan dengan baik agar ibadah haji diterima sempurna. Banyak jamaah yang memahami rukun haji, namun masih kurang mengenal apa saja yang termasuk wajib haji. Padahal, meninggalkan salah satu wajib haji dapat berakibat pada kewajiban membayar dam (denda). Karena itu, penting bagi setiap calon jamaah untuk memahami perbedaan dan kedudukan wajib haji ini.
Apa Itu Wajib Haji?
Wajib haji adalah amalan yang harus dilakukan dalam pelaksanaan haji. Jika salah satu wajib haji ditinggalkan, maka ibadah hajinya tetap sah, tetapi jamaah wajib membayar dam sebagai tebusan.
Dalam kitab I’anatut Thalibin disebutkan mengenai definisi wajib haji:
مَا يَجِبُ بِتَرْكِهِ الفِدْيَةُ أَيْ وَالإَثْمُ إِنْ كَانَ لِغَيْرِ عُذْرٍ
Artinya: “Yang dimaksud dengan wajib haji ialah bagian dari ibadah haji yang bila seseorang meninggalkannya, maka ia wajib membayar fidyah atau dam sebagai tebusan, dan jika ia meninggalkannya tanpa uzur yang sah, maka ia berdosa di sisi Allah.” (I’anatut Thalibin, 2/341).
Perbedaan Wajib, Haji dan Rukun Haji
Perbedaannya terletak pada konsekuensinya. Rukun haji adalah bagian pokok yang jika ditinggalkan, ibadah haji menjadi tidak sah. Sementara wajib haji, jika ditinggalkan, haji tetap sah, akan tetapi dikenakan dam untuk menjadikannya sah. Karena itu, memahami keduanya menjadi kunci agar ibadah haji terlaksana dengan benar dan sah serta diterima di sisi Allah swt.
Wajib Haji
Dalam kitab Safinatun Naja (hal. 64), disebutkan ada 7 unsur yang menjadi wajib haji menurut perspektif mazhab Syafi’i:
وَوَاجِبَاتُ الْحَجِّ سَبْعَةٌ :
الإِحْرَامُ مِنَ الْمِيقَاتِ ، وَالْمَبِيتُ بِمُزْدَلِفَةَ وَيَحْصُلُ بِلَحْظَةٍ بَعْدَ مُنْتَصَفِ اللَّيْلِ ، وَرَمْيُ جَمْرَةِ الْعَقَبَةِ سَبْعاً يَوْمَ النَّحْرِ ، وَرَمْيُ الْجَمَرَاتِ الثَّلَاثِ أَيَّامَ التَّشْرِيقِ ، وَالْمَبِيتُ بِمِني لَيَالِيَ التَّشْرِيقِ ، وَالتَّحَرُّزُ عَنْ مُحَرَّمَاتِ الْإِحْرَامِ ، وَطَوَافُ الْوَدَاعِ
Artinya: Kewajiban haji ada tujuh, yaitu Berihram di Miqat, bermalam di Muzdalifah (hingga mendapatkan sesaat setelah tengah malam), melempar jumrah di Jamrat Aqaba tujuh kali pada hari Idul Adha, melempar jumrah pada tiga hari Tasyrik, bermalam di Mina pada malam-malam Tasyrik, menjauhi larangan-larangan ihram, dan Tawaf Wada.
1. Ber-ihram dari miqat
Jamaah wajib memulai niat haji atau umrah dari batas tempat yang telah ditentukan (miqat). Jika seseorang melewati miqat tanpa ihram, maka ia wajib membayar dam sebagai denda dan ia wajib segera berihram dari tempat ia teringat.
2. Bermalam di Muzdalifah (mabit)
Setelah wukuf di Arafah, jamaah wajib singgah dan bermalam di Muzdalifah pada malam 10 Zulhijah, minimal sampai sesaat setelah lewat tengah malam.
3. Melempar jumrah ‘Aqabah pada hari Nahr (10 Zulhijah)
Jamaah wajib melempar tujuh batu kecil atau jumrah ‘Aqabah pada hari Idul Adha. Amalan ini melambangkan ketaatan dan penolakan terhadap bisikan setan.
4. Melempar tiga jumrah pada hari-hari Tasyriq (11, 12, dan 13 Zulhijah)
Pada hari-hari setelah Idul Adha, jamaah wajib melempar tujuh batu ke masing-masing dari tiga jumrah: Ula, Wustha, dan Aqabah. Ini termasuk bagian dari rangkaian ibadah di Mina.
5. Bermalam di Mina pada malam-malam Tasyriq
Jamaah dianjurkan untuk bermalam di Mina selama malam 11, 12, dan 13 Zulhijah. Kegiatan ini menunjukkan kesabaran dan komitmen dalam menjalankan manasik haji secara berurutan. Boleh dilakukan hinggal malam 12 (nafar awal) atau disempurnakan hingga malam 13 (nafar tsani).
6. Menjauhi hal-hal yang diharamkan selama ihram
Saat dalam keadaan ihram, jamaah wajib meninggalkan segala larangan seperti mencukur rambut, memakai wangi-wangian, berburu, atau berhubungan suami istri. Pelanggaran terhadap larangan ihram mewajibkan dam sesuai kadarnya.
7. Melakukan thawaf wada’ (thawaf perpisahan)
Thawaf wada’ dilakukan sebelum meninggalkan Makkah sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada Ka’bah. Ini menjadi penutup perjalanan ibadah haji, kecuali bagi wanita yang sedang haid atau nifas.
Hukum Meninggalkan Wajib Haji
Apabila seseorang meninggalkan salah satu wajib haji dengan sengaja atau tidak, maka hajinya tetap sah tetapi wajib membayar dam, yaitu menyembelih seekor kambing di Tanah Haram. Namun, jika ia tidak mampu, maka diganti dengan puasa sesuai ketentuan syariat yaitu 3 hari di tanah suci dan 7 hari saat kembali ke tanah air. Jika tidak, maka dapat diganti dengan memberi makan fakir miskin sesuai kadar yang ditetapkan syariat.
Itulah beberapa hal yang masuk ke dalam wajib haji, maka perlu untuk kita pelajari sebelum mengerjakan sebuah amal ibadah. Semoga Allah berikan kita semuanya kesempatan untuk bisa pergi ke Baitullah, menuntaskan rindu dalam rangkaian ibadah haji. Bagi Sahabat yang ingin mewujudkan impian ibadah haji lebih cepat dan lebih nyaman, dapat memilih haji plus dan furoda di di jejak imani.
jejak imani adalah travel haji dan umroh sejak tahun 2012 dengan nama PT JEJAK IMANI BERKAH BERSAMA yang sudah berizin resmi sebagai Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) dan Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) dari Kemenag. Anda juga bisa menanyakanan dan konsultasi dengan tim jejak imani terkait kebutuhan selama ibadah umroh di Tanah Suci.
Semoga bermanfaat!
Dilihat 9 kali


