Ingin dapat penawaran khusus untuk Anda? Konsultasi sekarang!

Sejarah Masjid Qiblatain, Saksi Berubahnya Kiblat Umat Muslim

07 September 2025 ditinjau oleh Tim Khidmat jejak imani

article-thumbnail

Bagi umat Islam, menghadap kiblat (Ka’bah di Masjidil Haram, Makkah) adalah syarat sahnya sholat. Arah ini menjadi pemersatu di mana pun berada, seluruh muslim di dunia berkonsentrasi pada satu titik yang sama. Namun, tahukah Anda bahwa arah kiblat tidak selalu seperti sekarang? Dahulu, umat Islam pernah diperintahkan untuk menghadap Baitul Maqdis di Yerusalem sebelum akhirnya turun wahyu yang memerintahkan perubahan. Peristiwa bersejarah dan monumental ini terjadi di sebuah masjid yang kini dikenal dengan nama Masjid Qiblatain atau “Masjid Dua Kiblat”.

Peristiwa Besar di Masjid Qiblatain

Para ahli sejarah menuturkan, peristiwa ini terjadi pada tahun ke-2 Hijriah, sekitar 623 M. Rasulullah ﷺ saat itu sedang melaksanakan sholat Dzuhur di masjid kecil milik Bani Salamah. Dalam al-Ṭabaqāt al-Kubrā, Ibn Sa‘d meriwayatkan dengan catatan: Nabi ﷺ telah menunaikan dua rakaat sholat Dzuhur, lalu turun perintah Allah agar menghadap Ka‘bah. Beliau pun segera berputar arah, diikuti oleh para sahabat yang sholat bersama beliau. Dari sinilah masjid itu dinamakan Masjid al-Qiblatain.

Ibn Hajar dalam Fath al-Bārī menambahkan adanya beberapa versi riwayat: ada yang menyebut Rasulullah sedang berada di masjid ketika berbalik arah, ada pula yang menyebut beliau saat itu sedang berada di rumah seorang shahabiyah bernama Ummu Bisyir binti al-Barā’ ibn Ma‘rūr. Menurut riwayat, Ummu Bisyir menjamu Nabi ﷺ dengan hidangan, lalu masuk waktu Dzuhur. Beliau pun sholat bersama sahabat, melaksanakan dua rakaat pertama dengan menghadap ke Baitul Maqdis, kemudian turun perintah perubahan kiblat dan beliau berbalik ke arah Ka‘bah (Fath al-Bārī, 2/116).

Ibn Kathīr juga mengutip kisah dari beberapa mufassir, bahwa perubahan arah kiblat terjadi saat Dzuhur di Masjid Bani Salamah. Bahkan diriwayatkan dari shahabiyah Nuwaylah binti Muslim bahwa ketika itu jamaah segera berputar posisi: shaf laki-laki bergeser ke tempat perempuan dan perempuan ke tempat laki-laki (Tafsīr Ibn Kathīr, 1/237).

Adapun penduduk Qubā’, baru mendengar kabar tersebut keesokan harinya ketika Subuh. Dalam riwayat sahih, Ibnu ‘Umar berkata: “Ketika orang-orang di Qubā’ sedang sholat Subuh, datanglah seorang laki-laki berkata: ‘Rasulullah ﷺ telah diperintahkan untuk menghadap Ka‘bah, maka menghadaplah kalian.’ Saat itu wajah mereka menghadap Syam, lalu berbalik ke Ka‘bah.” (HR. Bukhari Muslim).

Lokasi Masjid Qiblatain

Masjid Qiblatain terletak di kawasan barat laut Kota Madinah, tepatnya di perkampungan Bani Salamah, tidak jauh dari Masjid Quba dan Masjid Khandaq. Dari Masjid Nabawi, jarak Masjid Qiblatain sekitar 7 kilometer atau sekitar 15 menit perjalanan dengan kendaraan. Posisinya yang agak tinggi di atas lereng bukit, masjid ini juga memberikan pemandangan indah ke arah kota.

Lokasinya menjadi salah satu tujuan utama jamaah haji maupun umroh yang berziarah ke Madinah, untuk menyaksikan langsung tempat saat perubahan kiblat dalam sejarah Islam.

Sejarah Pembangunan dan Renovasi Masjid Qiblatain

Masjid Qiblatain pertama kali dibangun pada tahun ke-2 Hijriah oleh Suwad bin Ghanm. Bangunannya sederhana, memakai batang dan pelepah kurma. Seiring waktu, masjid ini mendapat perhatian para khalifah dan penguasa Muslim sehingga terjadi beberapa kali renovasi.

  • Tahun 87 H / 706 M, Khalifah Umar bin Abdul Aziz merenovasi masjid saat menjadi gubernur Madinah.
  • Tahun 893 H / 1488 M, Shahin al-Jamali melakukan perbaikan besar setelah sekitar 800 tahun tanpa renovasi.
  • Tahun 1350 H / 1931 M, Raja Abdul Aziz Al-Saud memerintahkan perbaikan, membangun pagar, menambahkan menara, serta memperluas masjid hingga 425 m².
  • Tahun 1408 H / 1987 M, Raja Fahd bin Abdul Aziz merombak total, sehingga luasnya mencapai 3920 m².
  • Masa Raja Abdullah dan Raja Salman, masjid kembali mendapat perawatan, renovasi, dan perluasan fasilitas modern.

Kondisi Masjid Qiblatain Sekarang

Bangunan Masjid Qiblatain saat ini sangat berbeda dibanding masa Rasulullah ﷺ. Setelah mengalami renovasi besar, kini masjid tampil megah dengan arsitektur modern: dinding putih bersih, kubah indah serta ruang sholat yang luas.

Dalam Masjid Qiblatain terdapat dua mihrab sebagai penanda sejarah. Satu mihrab menghadap Baitul Maqdis, satu lagi ke arah Ka‘bah. Mihrab ke arah Yerusalem dibiarkan sebagai penanda sejarah, sementara mihrab ke arah Ka‘bah dipakai untuk ibadah sehari-hari.

Fasilitas Masjid Qiblatain juga lengkap: area parkir luas, tempat wudhu dan toilet modern, serta ruangan yang sejuk untuk jamaah. Suasananya khusyuk, sangat mendukung untuk beribadah sekaligus merenungkan peristiwa bersejarah itu. Kini terdapat pula banyak cafe dan tempat makan untuk kita bisa bersantai selagi menikmati pemandangan kota Madinah yang tenang dan indah.

Makna dan Hikmah dari Peristiwa Masjid Qiblatain

Perubahan kiblat di Masjid Qiblatain mengandung makna spiritual yang dalam. Pertama, ia menunjukkan ketaatan Rasulullah ﷺ dan para sahabat dalam mengikuti perintah Allah, tanpa tunda dan tanpa ragu. Kedua, peristiwa ini menegaskan identitas mandiri umat Islam, berbeda dari umat sebelumnya yang menghadap Baitul Maqdis.

Masjid Qiblatain menjadi simbol fleksibilitas dalam syariat bahwa Islam tidak kaku, tetapi selalu mengikuti bimbingan wahyu. Ia juga menjadi pengingat bahwa perintah Allah, meskipun mengubah tradisi lama, harus diikuti dengan penuh keikhlasan.

Anda bisa napak tilas langsung Masjid Qiblatain dengan mengunjungi saat umroh dan haji bersama jejak imani, salah satu travel haji dan umroh yang berizin resmi sebagai Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) dan Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) dari Kemenag.

Yuk jadi salah satu dari jamaah jejak imani yang akan mendapat fasilitas lengkap dan lebih nyaman selama ibadah. Semoga Allah mudahkan ikhtiar kita untuk menjadi tamu-Nya di Baitullah.

Dilihat 59 kali