Ingin dapat penawaran khusus untuk Anda? Konsultasi sekarang!

Sejarah Singkat Masjid Al-Aqsa, Tempat Suci 3 Agama

08 October 2024 ditinjau oleh Tim Khidmat jejak imani

article-thumbnail

Selama ini kita mungkin menerima informasi bahwa Masjidil Aqsa adalah yang berkubah emas ataupun yang berkubah hitam. Kita juga sering menerima informasi bahwa Masjidil Aqsa dibangun pertama kali oleh Nabi Sulaiman As. Apakah informasi ini benar? Mari kita coba ulas sejarah Masjid Al-Aqsa melalui artikel ini.

Masjid Al-Aqsa

Masjidil Aqsa sejatinya adalah sebuah area di dalam kota Al-Quds yang memiliki luas mencapai 144.000 meter persegi. Al-Aqsa sendiri memiliki arti “terjauh”. Hal ini karena jarak Masjidil Aqsa yang sangat jauh, baik dari kota Makkah Al-Mukarramah maupun Madinah Al-Munawwarah. Masjid Al-Aqsa sendiri nyatanya merupakan masjid tertua kedua yang dibangun di atas bumi. Sebagaimana Sabda Rasulullah ﷺ:

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ مَسْجِدٍ وُضِعَ أَوَّلَ قَالَ الْمَسْجِدُ الْحَرَامُ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ الْمَسْجِدُ الْأَقْصَى قُلْتُ كَمْ كَانَ بَيْنَهُمَا قَالَ أَرْبَعُونَ ثُمَّ أَيْنَمَا أَدْرَكَتْكَ الصَّلَاةُ بَعْدُ فَصَلِّهِ فَإِنَّ الْفَضْلَ فِيْهِ وَفِيْ رِوَايَةٍ أَيْنَمَا أَدْرَكَتْكَ الصَّلَاةُ فَصَلِّ فَهُوَ مَسْجِدٌ

“Aku bertanya, “Wahai, Rasulullah. Masjid manakah yang pertama kali dibangun?” Beliau menjawab, ‘Masjidil Haram”. Aku bertanya lagi : Kemudian (masjid) mana?” Beliau menjawab, “Kemudian Masjidil Aqsha”. Aku bertanya lagi : “Berapa jarak antara keduanya?” Beliau menjawab, “Empat puluh tahun. Kemudian dimanapun shalat menjumpaimu setelah itu, maka shalatlah, karena keutamaan ada padanya”. Dan dalam riwayat lainnya : “Dimanapun shalat menjumpaimu, maka shalatlah, karena ia adalah masjid” [HR Al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Dzar]

komplek masjid al aqsa
Potret komplek Masjidil Aqsa yang dibatasi dinding-dinding di sekitarnya.

Sejarah Masjid Al-Aqsa

Sebagaimana hadits di atas, Masjid Al-Aqsa dibangun 40 tahun setelah Allah ﷻ membangun Masjidil Haram. Sebagian sejarawan menyebut bahwa Masjid Al-Aqsa dibangun pada masa Nabi Adam As, sebelum akhirnya hancur pada masa Nabi Nuh As karena banjir besar yang melanda bumi pada masa itu.

Masjid kemudian ditinggikan dan direnovasi pada masa Nabi Sulaiman As atas perintah Allah ﷻ. Nabi Sulaiman merenovasi Masjid Al-Aqsa yang saat itu tersisa puing-puing saja dan dijadikan bangunan yang utuh untuk beribadah shalat. Hal ini pun disabdakan oleh Rasulullah ﷺ:

أَنَّ سُلَيْمَانَ بْنَ دَاوُدَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا بَنَى بَيْتَ الْمَقْدِسِ سَأَلَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ خِلَالًا ثَلَاثَةً سَأَلَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حُكْمًا يُصَادِفُ حُكْمَهُ فَأُوتِيَهُ وَسَأَلَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ فَأُوتِيَهُ وَسَأَلَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حِينَ فَرَغَ مِنْ بِنَاءِ الْمَسْجِدِ أَنْ لَا يَأْتِيَهُ أَحَدٌ لَا يَنْهَزُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ فِيهِ أَنْ يُخْرِجَهُ مِنْ خَطِيئَتِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

“Sesungguhnya, ketika Sulaiman bin Daud membangun Baitul Maqdis, (ia) meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tiga perkara. (Yaitu), meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar (diberi taufiq) dalam memutuskan hukum yang menepati hukumNya, lalu dikabulkan ; dan meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dianugerahi kerajaan yang tidak patut diberikan kepada seseorang setelahnya, lalu dikabulkan ; serta memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bila selesai membangun masjid, agar tidak ada seorangpun yang berkeinginan shalat disitu, kecuali agar dikeluarkan dari kesalahannya, seperti hari kelahirannya” [HR. An-Nasai, Ahmad, Ibnu Majah]

Masjid Al-Aqsa sempat dihancurkan pada masa pendudukan Romawi pertama dan kemudian dibangun lagi pada masa Kekhalifahan Umar bin Khattab setelah pembebasan Baitul Maqdis yang berhasil dilakukan pada masanya di bawah kepemimpinan sahabat mulia Abu Ubaidah bin Al Jarrah. Umar bin Khattab disarankan untuk membangun masjid di bagian utara batu (qubbatus sakhra) agar sejajar lurus dengan batu dan Ka'bah. Namun Umar bin Khattab menolak dan memilih membangun masjid di bagian selatan yang hari ini bernama Masjid Umar.

Pembangunan besar-besaran pun dilakukan pada masa dinasti Umayyah, khususnya saat masa pemerintahan khalifah Abdul Malik bin Marwan. Pada masa ini pula, Khalifah Abdul Malik bin Marwan membangun bangunan segi delapan yang hari ini dikenal dengan Qubbatus Sakhra.

Pada masa pendudukan pasukan Salib atas Baitul Maqdis, Masjidil Aqsa sempat dialih fungsikan. Sebagian masjidnya dijadikan Istana, gereja bahkan kandang kuda. Masjid Al-Aqsa kembali ke fungsi aslinya setelah Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil mengalahkan pasukan Salib dan mengambil alih kembali Baitul Maqdis ke pangkuan kekhilafahan Islam. Semua simbol-simbol kekristenan dihancurkan dan semua dikembalikan ke fungsinya sebagai masjid.

Pada tahun 1992-1994, dilakukan sedikit renovasi atas perintah raja Husein dari Yordania. Beberapa renovasi yang dilakukan adalah melapisi kubah Masjid Qubbatus Sakhra dengan lempengan emas dan mengembalikan mimbar Shalahuddin Al-Ayyubi yang sempat dihancurkan pada masa pendudukan Inggris. Renovasi tersebut menghabiskan biaya sebanyak 8 Juta US$.

Meski Masjid Al-Aqsa telah kembali menjadi masjid bagi kaum Muslim, namun bangunan-bangunan yang berada di komplek Masjid Al-Aqsa masih dianggap tempat suci bagi umat Yahudi. Oleh karenanya, Masjid Al-Aqsa sangat dilindungi karena memiliki makna sendiri bagi kaum Muslim maupun non-Muslim.

Bagi yang ingin berkunjung ke Baitul Maqdis, Sahabat dapat mengunjunginya bersama jelajah dunya untuk memakmurkannya. Jika bukan karena peziarah dari berbagai negara, siapa lagi yang akan meramaikan dan memakmurkan Masjidil Aqsa.

Umat muslim juga dapat memakmurkan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Tanah Suci sekaligus melakukan ibadah umroh serta haji bagi yang mampu. Segera tanya dulu dan konsultasi gratis dengan tim CSO kami yang akan melayani dan menjawab pesan Sahabat dengan sepenuh hati.

Wallahu’alam bishawab.

Dilihat 1990 kali